Pandemi Covid-19 dimulai pada Desember 2019 dan telah menyebar ke 222 negara di seluruh dunia. Di Indonesia, kasus pertama Covid-19 teridentifikasi pada Maret 2020 dan jumlah kasusnya terus meningkat. Hingga saat ini, sebanyak 6,17 juta kasus yang telah tercatat di Indonesia. Selain itu, perkembangan dari virus Covid-19 sendiri terus berkembang menjadi beberapa varian baru seperti BA.2.75. Menanggapi krisis Covid-19 yang sedang berlangsung di Indonesia, IPPF – bersama dengan PKBI – mengusulkan intervensi selama 12 bulan di bawah program RESPOND yang didanai DFAT.
Program Pulih Bersama ini sendiri telah berlangsung secara efektif semenjak Februari 2022. Program ini merupakan program singkat yang dibentuk dengan tujuan untuk menggelar kegiatan pelengkap untuk menjangkau lebih banyak penerima manfaat. Tujuan inti dari inisiatif ini adalah untuk mendukung orang-orang yang rentan dan terpinggirkan (termasuk wanita hamil, penyintas SGBV, ODHA, LGBTIQ, orang lanjut usia, orang yang hidup dengan disabilitas, dan migran tidak berdokumen) yang terkena dampak langsung oleh Covid-19. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan menyediakan akses terhadap pelayanan kesehatan dan SRH.
Dalam mecapai tujuan tersebut, dalam program ini terdapat beberapa kader yang terlibat dan tersebar di beberapa lokasi seperti Surabaya, Jember, Mojokerto, Jombang, dan Bondowoso. Kader memiliki peran yang sangat penting dalam program ini mengingat bahwa kader merupakan jembatan antara target sasaran program dengan klinik layanan kesehatan. Dimana target sasaran program ini terdiri dari berbagai macam kelompok masyarakat, sehingga dalam pendekatannya pun diperlukan beberapa keahlian khusus seperti analisa sosial dan teknik konseling dasar. Selain itu, komunikasi interpersonal juga menjadi poin penting bagi kader dalam melakukan sosialisasi dan rujukan layanan kesehatan.
Program Pulih Bersama sendiri telah berjalan selama 6 bulan. Selama pelaksanaan ini muncul kendala dimana kader belum mampu memenuhi target-target yang telah ditentukan, yaitu hanya 7,2 – 29,5 % saja sedangkan program ini merupakan short-term program dan tersisa 3 bulan saja. Salah satu faktornya adalah kapasitas dari kader itu sendiri dalam melakukan sosialisasi dan rujukan layanan kesehatan. Selain itu, minimnya kemampuan dalam analisa sosial sehingga terdapat banyak peluang untuk memenuhi target Sosialisasi serta rujukan layanan kesehatan yang terlewat oleh kader itu sendiri. Melihat adanya kebutuhan tersebut, maka kader perlu diberikan peningkatan kapasitas demi menunjang capaian Program Pulih Bersama khususnya rujukan layanan kesehatan.