Berdasarkan data modeling AEM, tahun 2021 diperkirakan ada sekitar 526,841 orang hidup dengan HIV dengan estimasi kasus baru sebanyak 27 ribu kasus. Dimana, sekitar 40 persen dari kasus infeksi baru tersebut terjadi pada perempuan. HIV dan AIDS adalah masalah global yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Namun, perempuan dengan HIV/ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) sering menghadapi tantangan khusus yang berkaitan dengan stigma, diskriminasi, akses terhadap perawatan kesehatan, dan ketidakadilan gender. Meskipun ada peningkatan dalam upaya pencegahan dan pengobatan HIV/ODHA, perempuan masih menjadi kelompok yang rentan terhadap penyebaran dan dampak HIV/ODHA. Perempuan dengan HIV/ODHA sering menghadapi stigma yang berkaitan dengan penyakit ini. Stigma dapat mencegah perempuan untuk mencari perawatan kesehatan yang dibutuhkan dan membuat mereka merasa terisolasi dan terpinggirkan dari masyarakat. Selain itu, diskriminasi dan stereotip gender dapat memperburuk situasi dan membuat perempuan dengan HIV/ODHA lebih rentan terhadap kekerasan, pelecehan seksual dan ketidakadilan dalam akses ke sumber daya yang dibutuhkan.
Meskipun perempuan dengan HIV/ODHA menghadapi tantangan yang besar, mereka juga menunjukkan ketahanan dan kekuatan yang luar biasa dalam menghadapi kondisi ini. Perempuan dengan HIV/ODHA memainkan peran penting dalam memimpin perjuangan untuk mengatasi stigma dan diskriminasi, meningkatkan kesadaran tentang HIV/ODHA, dan memperjuangkan hak-hak mereka dalam akses terhadap perawatan kesehatan dan dukungan sosial. Salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dengan HIV/ODHA adalah dengan mendukung pendekatan yang berpusat pada perempuan. Pendekatan ini mengakui perbedaan gender dalam pengalaman HIV/ODHA dan memastikan bahwa perempuan diberdayakan untuk mengambil keputusan yang tepat mengenai kesehatan mereka. Ini juga dapat mencakup peningkatan dalam pendidikan dan dukungan konseling yang responsif gender, memperkuat akses terhadap perawatan kesehatan dan mempromosikan partisipasi aktif perempuan dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan kebijakan.
Adapun permasalahan tersebut menjadi perhatian dan di segerakan mencari solusi dalam mengatasinya. Kelompok masyarakat yang aktif seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), komunitas, dan organisasi perempuan dapat memainkan peran penting dalam memberikan dukungan sosial dan pengembangan jaringan yang memungkinkan perempuan dengan HIV/ODHA untuk terhubung dengan sumber daya yang dibutuhkan. Selain itu, program dan kebijakan yang sensitif gender dapat membantu perempuan dengan HIV/ODHA dalam memperoleh akses yang lebih baik terhadap perawatan kesehatan dan dukungan sosial. Perjuangan perempuan dengan HIV/ODHA adalah tantangan yang kompleks dan memerlukan solusi yang holistik dan berpusat pada perempuan. Upaya untuk mengatasi stigma dan diskriminasi, meningkatkan akses terhadap perawatan memerlukan dukungan semua pihak.
Stop stigma dan diskriminasi oleh masyarakat terutama yang dilakukan oleh petugas kesehatan di manapun. Sebagian orang yang mendalami dunia kesehatan dan pengobatan medis juga masih ada yang menstigma negatif orang-orang yang terinfeksi HIV. Kerentanan perempuan terhadap HIV lebih banyak disebabkan ketimpangan gender yang berakibat pada ketidakmampuan perempuan untuk mengontrol perilaku seksual atau menyuntik narkoba dari suami atau pasangan tetapnya. Laki-laki itu penentu, mau pakai kondom atau tidak. Posisi tawar perempuan sangat rendah untuk ini. Kondisi ini didominasi oleh masalah ketimpangan gender dan ketidk mampuan anak dalam melindungi ancaman tertular infeksi menakutkan itu. Lindungi Perempuan dan Anak dari ancaman HIV dan AIDS. Stop AIDS melalui Kesetaraan Gender untuk Menghapus Segala Bentuk Stigma dan Diskriminas. Harapannya masyarakat lebih inklusif dan tidak ada lagi stigma atau diskriminasi terhadap perempuan yang terkena HIV.
Sumber:
https://sumbarprov.go.id/home/news/9367-hentikan-diskriminasi-dan-stigma-penderita-hiv-aids.html