Hari Pencegahan Bunuh Diri: Ironi Meningkatnya Kasus Bunuh Diri dan Pentingnya Kesadaran Mental

Fenomena bunuh diri semakin sering terjadi belakangan ini dan menjadi isu krusial yang perlu mendapat perhatian masyarakat. Dilansir dari DetikNews, belum lama ini, seorang pemuda berinisial MR (25) ditemukan meninggal dunia dengan cara gantung diri di rumahnya di kawasan Rangga Mekar, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Diduga, korban mengalami depresi akibat lama menganggur, yang kemudian mendorongnya untuk mengakhiri hidup.

Bunuh diri merupakan masalah serius yang kerap terjadi dalam konteks gangguan kesehatan mental seperti depresi berat, penyalahgunaan zat, atau gangguan lainnya. Menurut American Psychological Association (APA), bunuh diri adalah tindakan mengakhiri hidup yang sering kali terjadi pada individu dengan gangguan mental. Namun, tindakan ini juga dapat dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki riwayat gangguan kejiwaan, terutama ketika menghadapi situasi sulit seperti kesedihan mendalam atau kondisi kesehatan yang memburuk.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2018, setiap 40 detik, satu orang melakukan bunuh diri di seluruh dunia. Pada tahun 2019, sekitar 800 ribu orang dilaporkan bunuh diri setiap tahunnya. Tingkat bunuh diri tertinggi tercatat pada kelompok usia muda. Pada tahun 2023, jumlah kasus bunuh diri di Indonesia meningkat, mencapai 902 kasus. Angka ini naik signifikan dibandingkan tahun 2022 dan 2021, yang mencatat 629 dan 640 kasus bunuh diri.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Onie et al. (2024) dengan judul “Indonesia’s First Suicide Statistics Profile: An Analysis of Suicide and Attempt Rates, Underreporting, Geographic Distribution, Gender, Method, and Rurality” menunjukkan bahwa angka bunuh diri di Indonesia sebagian besar tidak tercatat secara resmi. Provinsi dengan tingkat bunuh diri tertinggi adalah Bali, Kepulauan Riau, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Kalimantan Tengah. Dari analisis gender, bunuh diri lebih sering terjadi pada laki-laki, dengan rasio 1:2,11 dibandingkan perempuan. Metode bunuh diri yang paling umum adalah gantung diri dan keracunan diri, sementara angka bunuh diri di pedesaan 4,47 kali lebih tinggi dibandingkan di perkotaan.

Apa saja yang menyebabkan individu memutuskan untuk bunuh diri?

Terdapat berbagai penyebab yang mendorong seseorang melakukan bunuh diri, di antaranya faktor sosial dan ekonomi. Faktor sosial meliputi perpisahan, kecemburuan, perceraian, serta pengabaian dari pasangan, sementara faktor ekonomi mencakup kemiskinan dan pengangguran. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mental juga menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap angka bunuh diri. Stigma negatif terkait gangguan mental sering kali membuat individu enggan mencari bantuan profesional, yang pada akhirnya dapat memperburuk kondisi mental mereka dan mendorong tindakan bunuh diri.

Dukungan apa yang bisa diberikan untuk mencegah bunuh diri?

Kasus bunuh diri yang terus meningkat dapat memicu individu lain yang mengalami masalah serupa untuk mengikuti jalan yang sama. Hal ini tentu berbahaya jika tidak segera diatasi. Oleh karena itu, International Association for Suicide Prevention (IASP), didukung oleh World Health Organization (WHO) dan Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental, menetapkan 10 September sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri. Pencegahan bunuh diri dapat dimulai dari orang-orang terdekat dengan memberikan dukungan sosial. Menurut Basman (dalam Fatwa, 2014), dukungan sosial adalah kehadiran individu yang secara pribadi memberikan nasihat, motivasi, serta arahan ketika seseorang menghadapi masalah. Selain itu, merujuk individu yang menunjukkan gejala gangguan mental dapat mendatangi profesional, seperti psikolog atau psikiater, dapat membantu mencegah tindakan bunuh diri.

Kesehatan mental adalah salah satu kunci utama dalam mencegah bunuh diri. Dengan menjaga kesehatan mental yang baik, individu akan lebih mampu beradaptasi dengan masalah yang mereka hadapi. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan mematahkan stigma negatif terkait gangguan kejiwaan agar orang-orang yang membutuhkan bantuan dapat merasa aman dan nyaman untuk mencari pertolongan.

Kontributor Penulis :
Meutia Citra Islamiati (Mahasiswa Psikologi UBAYA)

Kontak :

Hotline PKBI Daerah Jawa Timur
Nomor telepon: +62 823-2360-2830
Email : pkbijatim@pkbi.or.id
Alamat : PKBI Daerah Jawa Timur, Jl. Indragiri No. 24, Surabaya

Referensi Rujukan

Bastaman & Fatwa (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kepercayaan Diri. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Damarjati, D. (2019). Tingkat Bunuh Diri Indonesia Dibanding Negara-negara Lain. DetikNews.https://news.detik.com/berita/d-4391681/tingkat-bunuh-diri-indonesia-dibanding-negara-negara-lain.
Mahendra, R. A. (2023). Pemuda di Bogor gantung diri diduga depresi lama menganggur. DetikNews.https://news.detik.com/berita/d-7527621/pemuda-di-bogor-gantung-diri-diduga-depresi-lama-menganggur.
Onie, S., Usman, Y., Widyastuti, R., Lusiana, M., Angkasawati, T. J., Musadad, D. A., Nilam, J., Vina, A., Kamsurya, R., Batterham, P., Arya, V., Pirkis, J., & Larsen, M. (2024). Indonesia’s first suicide statistics profile: an analysis of suicide and attempt rates, underreporting, geographic distribution, gender, method, and rurality. The Lancet Regional Health – Southeast Asia, 22, 100368. https://doi.org/10.1016/j.lansea.2024.100368.
Unknown. Suicide Suicide and suicide prevention. American Psychological Association. https://www.apa.org/topics/suicide#:~:text=It%20is%20defined%20as%20the,substance%20use%20or%20other%20disorder.

    Write a comment