Sejarah Gerakan Perempuan di Indonesia: Dari Politisasi hingga Tuntutan Hak
Gerakan perempuan Indonesia memiliki perjalanan panjang yang sarat perjuangan. Pada era 1940–1950, organisasi perempuan berkembang dengan semakin kuat. Dua organisasi penting, Perwari dan Gerwani, menjadi simbol kekuatan perempuan dalam mendefinisikan identitas mereka secara esensialis maupun konstruktivis. Tokoh seperti Sri Mangun Sarkoro mendirikan Partai Wanita Rakyat, yang menjadi bukti bagaimana perempuan mulai memasuki ranah politik dengan lebih berani (Karima, 2022).
Tahun 1950-an hingga 1960-an menandai fase baru, di mana perempuan menuntut hak mereka sebagai warga negara. Demonstrasi pertama menolak poligami terjadi pada 1953, menggambarkan keberanian perempuan dalam melawan kebijakan patriarki. Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan Hari Ibu sebagai Hari Gerakan Perempuan yang menjadi tonggak penting dalam sejarah (Karima, 2022).
Budaya Patriarki dan Perempuan Indonesia
Budaya patriarki yang mengakar kuat di Indonesia memengaruhi berbagai aspek kehidupan perempuan. Struktur patriarki menciptakan kesenjangan yang signifikan dalam akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan pengambilan keputusan sosial-politik. Stereotip tentang perempuan sebagai makhluk lemah dan emosional mempersempit peluang mereka untuk berpartisipasi di sektor publik (Anto et al., 2023).
Di ranah ekonomi, perempuan menghadapi diskriminasi seperti upah yang lebih rendah untuk pekerjaan yang setara dan minimnya peluang promosi. Data menunjukkan bahwa 47,24 juta perempuan usia produktif di Indonesia tidak aktif secara ekonomi (Scholastica, 2018). Data juga menunjukkan bahwa hanya 55% perempuan di Indonesia yang memiliki pekerjaan formal, jauh di bawah angka 83% pada pria (Anto et al., 2023).
Perempuan dalam Ruang Publik dan Politik
Partisipasi perempuan di ruang publik dan politik juga masih terbatas. Antara tahun 2009–2014, hanya 18,04% anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang merupakan perempuan. Indeks Ketidaksetaraan Gender pada 2016 menempatkan Indonesia di peringkat 105 dari 159 negara, mencerminkan tantangan besar dalam mencapai kesetaraan gender (Anto et al., 2023).
Selain itu, perempuan menghadapi ancaman keamanan di ruang publik, seperti pelecehan seksual di transportasi umum. Faktor sosial dan desain lingkungan turut memengaruhi persepsi perempuan terhadap keamanan, membatasi mobilitas mereka (Hidayati et al., 2020). Di sisi lain, perempuan juga menghadapi kekerasan fisik dan seksual. Satu dari tiga perempuan berusia 15-64 tahun pernah mengalaminya, menurut survei Women’s Health and Life Experience tahun 2016 (Anto et al., 2023).
Peran Ganda Perempuan dalam Keluarga
Di dalam keluarga, perempuan sering kali memikul beban ganda sebagai pengasuh utama sekaligus pencari nafkah sekunder (Purwanto, 2021). Data menunjukkan bahwa 95% perempuan menjalankan peran pengasuhan keluarga, dibandingkan dengan hanya 30% pada laki-laki. Peran ini tidak hanya menambah tekanan bagi perempuan, tetapi juga memperkuat pembagian kerja tradisional dalam keluarga (Anto et al., 2023).
Mendorong Perubahan dan Kesetaraan
Meskipun tantangan masih besar, perempuan memiliki peran strategis dalam pembangunan berkelanjutan. Sebagai penggerak kesadaran sosial, perempuan berkontribusi dalam mendidik generasi penerus dan menciptakan masyarakat yang lebih adil (Anto et al., 2023). Hari Gerakan Perempuan menjadi momentum untuk merefleksikan perjuangan, mengakui tantangan, dan mendorong perubahan menuju kesetaraan gender.
Peran PKBI Jawa Timur dalam Mendukung Perempuan
Dalam kontribusi nyata terhadap perjuangan kesetaraan gender, PKBI Jawa Timur sangat aktif melalui berbagai aksi nyata, seperti memfasilitasi pemberian bantuan hukum dan konseling bagi perempuan korban kekerasan berbasis gender. PKBI Jawa Timur juga memberikan perhatian besar pada peningkatan pengetahuan perempuan di bidang hak kesehatan reproduksi.
Selain itu, PKBI Jawa Timur menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan untuk membantu perempuan rentan agar lebih percaya diri dalam menyuarakan hak-haknya. PKBI Jawa Timur menjalin kemitraan dengan komunitas masyarakat setempat dalam melakukan kampanye sebagai cara melawan stigma dan diskriminasi terhadap perempuan yang akan membuat lingkungan lebih aman dan inklusif.
Ucapan Hari gerakan perempuan dari perempuan Indonesia
“Selamat Hari Gerakan Perempuan untuk Perempuan di Indonesia. Tetaplah sehat dan bahagia, selalu tersenyum seberat apapun kehidupan kita jalani. Semoga keberkahan selalu mengalir untuk kita semua.” – dari N
“Selamat Hari Ibu dan Hari Gerakan Perempuan untuk semua ibu dan perempuan di luar sana. Terima kasih atas cinta, perjuangan, dan arti yang kalian berikan pada dunia ini” – dari D
“Terima kasih atas segala keringat dan perjuangan yang kamu lewati hingga hari ini. Kuatlah selalu. Segala susah senang perempuan lewati demi hadirnya generasi baru. Karenanya, apresiasi dan berikan rasa sayang pada perempuan sebagaimana ia pantas mendapatkannya. Selamat Hari Pergerakan Perempuan.” – dari R
“Setiap langkah yang kita ambil adalah langkah menuju masa depan yang lebih cerah, di mana suara perempuan didengar dan dihargai. Jadilah inspirasi, teruslah bersuara! Selamat Hari Gerakan Perempuan Indonesia!” – dari A
Kontributor Penulis:
Meutia Citra Islamiati (Mahasiswa Psikologi UBAYA)
Kontak:
Hotline PKBI Daerah Jawa Timur
Nomor telepon: +62 823-2360-2830
Email : pkbijatim@pkbi.or.id
Alamat : PKBI Daerah Jawa Timur, Jl. Indragiri No. 24, Surabaya
Referensi:
Anto, R. P., Harahap, T. K., Sastrini, Y. E. (2023). Perempuan, Masyarakat, Dan Budaya Patriarki. In Penerbit Tahta Media Group. http://tahtamedia.co.id/index.php/issj/article/view/404
Hidayati, I., Tan, W., & Yamu, C. (2020). How gender differences and perceptions of safety shape urban mobility in Southeast Asia. Transportation Research Part F: Traffic Psychology and Behaviour, 73, 155–173. https://doi.org/10.1016/j.trf.2020.06.014
Karima, N. (2020). Sejarah gerakan perempuan. Jakarta Feminist. https://jakartafeminist.com/sejarah-gerakan-perempuan/Purwanto, D. A. (2021). Double Roles of Married Working Women in Indonesia: for Better or for Worse? Sustainability Science and Resources, 1(1), 38–61. https://doi.org/10.55168/ssr2809-6029.2021.1002
Scholastica, G. (2018). Rerata Penghasilan Perempuan Masih Jauh di Bawah Gaji Laki-Laki. Tirto.Id.