Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh di leher rahim yang ditandai dengan tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Hampir semua kasus kanker serviks (99,7%) disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus). Virus HPV yang sering teridentifikasi pada kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18 (Vera Novalia, 2023).
Berdasarkan laporan data GLOBOCAN, proyek dari International Agency for Research on Cancer (IARC), pada tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru kanker dan 9,6 juta kematian akibat kanker di seluruh dunia. Dari insiden kanker tersebut, kanker serviks menempati peringkat keempat insidensi kanker pada wanita di dunia setelah kanker payudara, kanker kolorektal dan kanker paru-paru. Selain itu, berdasarkan estimasi GLOBOCAN tahun 2018, kanker serviks menempati peringkat kedua insidensi kanker dengan 32.469 kasus baru dan menempati peringkat ketiga penyebab kematian akibat kanker dengan 18.729 kematian di Indonesia (Kemenkes, 2017).
Perkembangan kanker serviks berawal dari terjadinya lesi pra kanker neoplastik pada lapisan epitel serviks, dimulai dari neoplasia intraepitel (NIS) 1, NIS 2 dan NIS 3 atau karsinoma insitu (KIS). Sel yang telah menembus membrane basal akan berkembang menjadi karsinoma mikroinvasif dan invasif. Tanda dan gejala kanker serviks dimulai sejak sel kanker yang berubah dari sel pre kanker menjadi sel kanker dan berkembang mendekati jaringan sekitar. Tanda dan gejala yang terjadi pada wanita dengan kanker serviks ialah perdarahan vagina abnormal. Perdarahan vagina abnormal ditandai dengan perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, perdarahan saat menopause, perdarahan diantara masa menstruasi dan frekuensi menstruasi lebih panjang daripada masa menstruasi normal. Gejala khas pada kanker yaitu nyeri. Nyeri pada kanker serviks dapat terjadi saat wanita melakukan hubungan seksual karena adanya infeksi pada sel dan jaringan juga karena penekanan atau perlukaan pada jaringan serviks (Puspitasari, 2023).
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (2023) proporsi cek kesehatan skrining kanker serviks (papsmear/tes IVA) pada perempuan ≥15 tahun di Indonesia masih sangat rendah yaitu minimal 1 tahun sekali 3,7%, lebih dari 1 tahun 4,1%, tidak pernah 92,2%. Sedangkan di Jawa Timur proporsi cek kesehatan skrining kanker serviks (papsmear/tes IVA) pada perempuan ≥15 tahun minimal 1 tahun sekali 2,9%, lebih dari 1 tahun 3,4%, tidak pernah 93,7%.
Promosi kesehatan dan deteksi dini menjadi prioritas untuk mencegah dan menangani penyakit. Pencegahan primer dilakukan dengan memberikan Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) untuk mencegah inveksi HPV. Vaksinasi HPV untuk anak perempuan harus dilakukan sebelum dimulainya periode seksual aktif. WHO merekomendasikan vaksin HPV untuk anak perempuan dalam kelompok usia 9-13 tahun. Anak perempuan yang menerima dosis pertama vaksin HPV sebelum usia 15 tahun dapat menggunakan jadwal dua dosis. Interval antara dua dosis harus enam bulan. Tidak ada interval maksimum antara dua dosis; namun, interval tidak lebih dari 12-15 bulan disarankan. Jika interval antara dosis lebih pendek dari lima bulan, maka dosis ketiga harus diberikan setidaknya enam bulan setelah dosis pertama. Pada orang yang imunokompromais, termasuk mereka yang hidup dengan HIV dan perempuan berusia 15 tahun ke atas juga harus menerima vaksin sebanyak tiga dosis (pada 0, 1-2, dan 6 bulan) agar sepenuhnya terlindungi dari infeksi HPV (Pattyn J, 2019).
World Health Organization (WHO) dan United Nations Population Fund (UNFPA) mengapresiasi komitmen Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) dalam mengeliminasi kanker serviks (leher rahim), yang diperingati dengan pelaksanaan imunisasi human papillomavirus (HPV) nasional 2024 dan transisi ke metode DNA HPV untuk skrining. Kedua badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini, yang telah mendukung Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Leher Rahim, akan terus membantu implementasi RAN ini melalui program-program pelayanan kesehatan primer, pengampuan rumah sakit, dan penerapan inovasi berbasis bukti yang efektif biaya.
Keputusan Indonesia pada tahun 2023 untuk memperluas akses vaksin HPV sehingga mencakup anak-anak perempuan di kelas 5 dan 6 sesuai RAN Eliminasi Kanker Leher Rahim merupakan langkah penting menuju pencapaian target strategi global WHO untuk mengeliminasi kanker serviks sebagai masalah kesehatan masyarakat, pada tahun 2030 (WHO, 2024). Target-target global tersebut menuntut:
- 90% anak perempuan telah mendapatkan vaksin HPV pada usia 15 tahun;
- 70% perempuan telah diskrining dengan tes performa tinggi pada usia 35 tahun dan lagi pada usia 45 tahun; dan
- 90% perempuan dengan kondisi pra-kanker menerima pengobatan serta 90% perempuan dengan penyebaran kanker (kanker invasif) menjalani perawatan.
Keluarga PKBI, Kanker serviks bisa dicegah dengan vaksin HPV. Sayangi diri Anda dengan vaksin HPV. Klinik Utama PKBI Jatim siap membantu anda. Kunjungi kami di Jalan Indragiri No. 24, Surabaya. Jadwalkan vaksinmu melalui Hotline Whatsaap PKBI JATIM [0823-2360-2830].
Kontributor Penulis:
Dlia Usratul Khoiriyah (Mahasiswi S1 Kesehatan Masyarakat Stikes Majapahit Mojokerto)
Kontak:
Hotline PKBI Daerah Jawa Timur
Nomor telepon: +62 823-2360-2830
Email : pkbijatim@pkbi.or.id
Alamat : PKBI Daerah Jawa Timur, Jl. Indragiri No. 24, Surabaya
Sumber Referensi:
Puspitasari, R. S. (2023). Pengabdian Masyarakat “Deteksi Dini Kanker Serviks” Di Plawonan RT 04, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Mulia Madani Yogyakarta, 1(1), 31–37.
Survei Kesehatan Indonesia. (2023). Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. In BKPK Kemenkes RI. Kementerian Kesehatan RI.
Vera Novalia. (2023). Kanker Serviks. GALENICAL: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh, 2(1), 45–56.
WHO. (2024). WHO, UNFPA Mengapresiasi Upaya Indonesia Mengeliminasi Kanker Serviks, Mendorong Strategi Vaksin Terpadu, dan Memperkuat Skrining. https://www.who.int/indonesia/id/news/detail/15-11-2024-who–unfpa-commend-indonesia-s-efforts-to-eliminate-cervical-cancer–urge-streamlined-vaccine-strategy-and-enhanced-screening