Mendukung penderita HIV: Menghilangkan Diskriminasi dan meningkatkan empati

Setiap tanggal 1 Desember, dunia memperingati Hari Aids Sedunia sebagai momen untuk meningkatkan kesadaran mengenai HIV/AIDS serta mendukung para penyintas HIV. Pada momen ini, tema “Hak Setara untuk Semua, Bersama Kita Bisa” diusung oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung, di mana tidak ada lagi diskriminasi terhadap mereka yang hidup dengan HIV. Sayangnya, diskriminasi terhadap penderita HIV masih menjadi fenomena nyata. Penelitian  yang dilakukan oleh Maitsa et al (2021) mengemukakan bahwa Orang dengan HIV (ODHIV) menghadapi berbagai bentuk diskriminasi, seperti penghinaan secara verbal, dijauhi, dan dikucilkan, hingga mengalami kekerasan fisik.

Label negatif dan diskriminasi dari lingkungan memiliki dampak signifikan terhadap konsep diri ODHIV, yang dapat memicu isolasi sosial, penurunan kesehatan mental, dan rasa putus asa (Sarikusuma & Hasanah, 2012). Label negatif dan diskriminasi juga mempengaruhi keterbukaan penyintas HIV akan statusnya. Sebagaimana yang dialami oleh Akmal (nama samaran) salah satu pasien di Klinik Utama PKBI JATIM, ia menyampaikan bahwa dirinya belum mampu terbuka kepada keluarga karena takut akan judgement yang diterimanya. Di sisi lain, ia cukup terbuka akan statusnya pada teman dekatnya dan rekan kerjanya.  Ia merasa lebih siap jika mendapat judgement dari teman ataupun orang lain yang tidak begitu dekat dengannya dibanding mendapatkan judgement dari keluarga.

Memberikan ruang bagi ODHIV untuk membuat mereka merasa diterima dan dihargai sangatlah diperlukan. Komunitas dukungan sebaya, misalnya, dapat menjadi tempat bagi ODHIV untuk berbagi pengalaman dan saling memberikan kekuatan, sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk menjalani hidup dengan optimisme. Memiliki support system sangatlah penting sebagaimana disampaikan oleh Akmal dalam kutipan dibawah ini.

“Buat teman-teman yang baru terdiagnosa HIV positif, tolong langsung cari bantuan, cari support system siapapun itu, kalau bisa yang lebih tahu atau profesional untuk mendukung secara mental dan secara fisik. Sehingga kalau mau tanya apapun tentang yang diderita bisa dijawab dengan benar dan tepat. Jangan sampai ke orang yang salah, jangan sampai berlarut dengan keputusasaan, jangan sampai terlelap dalam kegelapan” (Akmal, Survivor HIV)

Oleh karena itu, pendekatan yang lebih humanis dalam sistem pelayanan kesehatan serta lingkungan sosial dapat mendukung mereka secara psikologis. Empati memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung penyintas HIV. Melalui empati, kita tidak hanya memberikan dukungan moral, tetapi juga membantu mengurangi beban psikologis yang mereka rasakan. Sikap empati mendorong kita untuk mendengarkan tanpa menghakimi, memahami kebutuhan mereka, serta memperlakukan mereka dengan hormat dan kasih sayang, sebagaimana layaknya setiap individu. Menurut Batson dan Coke (dalam Yunita, 2021), empati terdiri dari beberapa aspek, yaitu:

  1. Kehangatan, yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk bersikap ramah dan hangat terhadap orang lain.
  2. Kelembutan, yang mengacu pada kecenderungan seseorang untuk bertindak atau menyampaikan kata-kata dengan sikap yang lembut.
  3. Kepedulian, yakni sikap yang diperlukan seseorang untuk memberikan perhatian kepada orang lain serta lingkungan sekitarnya.

Meningkatkan empati membutuhkan kesadaran dan latihan dalam memahami perasaan maupun perspektif orang lain. Cara pertama yang dapat dilakukan untuk meningkatkan empati adalah dengan memahami diri sendiri. Apabila kita dapat memahami diri sendiri, maka mudah bagi kita untuk memahami orang lain. Memahami diri sendiri dapat dilakukan dengan journaling dan meditasi. Kemudian, kita dapat memulai dengan mendengarkan secara aktif, yaitu memberikan perhatian penuh pada apa yang dikatakan orang lain tanpa menyela atau menghakimi. Selain itu, mencoba melihat situasi dari sudut pandang orang lain dapat membantu kita memahami emosi dan kebutuhan yang mereka rasakan. Keterlibatan dalam kegiatan sosial dan komunitas juga dapat memperluas pandangan kita tentang berbagai latar belakang dan rintangan yang mereka hadapi. Serta, penting untuk menghargai perasaan orang lain dengan cara mengungkapkan dukungan dan memvalidasi apa yang mereka rasakan. Dengan mengintegrasikan langkah-langkah ini dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak hanya meningkatkan empati dalam diri sendiri, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya lingkungan yang lebih harmonis.

Mengetahui status HIV masing-masing juga merupakan bentuk tanggung jawab pada diri sendiri. Dalam rangka memperingati Hari Aids Sedunia, PKBI Daerah Jawa Timur ingin mengajak teman-teman untuk segera melakukan Voluntary and Counselling Testing (VCT) yang berarti konseling dan tes HIV (virus imunodefisiensi manusia) secara sukarela. Bagi teman-teman yang sudah didiagnosa positif berdasarkan hasil tes di Fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta, jangan lupa untuk menerapkan 3T yakni Tepat waktu, Tepat dosis, dan Tepat cara ya. Dengan demikian, yuk kita bersama-sama menjaga kesehatan kita dan saling mendukung dalam pencegahan serta penanganan HIV/AIDS. Setiap langkah kecil yang kita ambil sangat berarti!

Kontributor Penulis:

Ambar Wardah Hasan (Mahasiswa Psikologi UBAYA)

Kontak:
Hotline PKBI Daerah Jawa Timur
Nomor telepon: +62 823-2360-2830
Email : pkbijatim@pkbi.or.id
Alamat : PKBI Daerah Jawa Timur, Jl. Indragiri No. 24, Surabaya

Referensi:

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/26/pentingnya-empati-dalam-kehidupan

https://www.halodoc.com/artikel/4-cara-menerapkan-empati-dalam-media-sosial

Maitsa, D. I., Aritonang, A. N., & Okctilia, H. (2021). Diskriminasi Yang Dialami Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Dampingan Yayasan Sehat Panghuripan Sukowati Kabupaten Sragen. Indonesian Journal of Social Work, 4(02), 127–145. https://doi.org/10.31595/ijsw.v4i02.342

Sarikusuma, H., & Hasanah, N. (2012). Konsep diri orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang menerima label negatif dan diskriminasi dari lingkungan sosial. Psikologia: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 7(1), 29–40. https://doi.org/10.32734/psikologia.v7i1.2533

Yunita. (2021). Pentingnya Teknik Empati Dalam Proses Konseling Individual The Importance of Empathy Techniques in the Individual Counseling Process. Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi Dan Kesehatan, 2(3), 310–315.

    Write a comment