RELAWAN, TANGAN-TANGAN BERANI DALAM CERITA ALAM IBU PERTIWI

Berada dalam kawasan yang dikunci oleh Ring of Fire serta sabuk Alpida, Indonesia menjadi salah satu negara sasaran dari berbagai macam bencana alam. Terkaman buas bumi seperti gunung meletus, gempa tektonik, bahkan tsunami sudah berkali-kali mengenai setiap sudut negeri Ibu Pertiwi ini. Keindahan alam yang selalu diagungkan oleh setiap mata yang memandang, ternyata menyimpan fakta-fakta kelam. Gunung-gunung gagah perkasa, pernah menimbun beribu-ribu jiwa dibalik semburan abu vulkaniknya. Lautan biru yang menenangkan, seketika berubah menjadi gelombang tinggi mematikan. Bahkan di tengah kemajuan zaman, tanah-tanah yang dipijak masih kerap bergetar hingga meruntuhkan gedung-gedung hasil pembangunan.

Disaat-saat bencana menimpa, setiap orang akan berlari menyelamatkan nyawa sendiri. Memikirkan cara untuk menjauhi kawasan pusat bencana dan meraih tangan-tangan keluarga. Namun, ada seseorang atau sekelompok orang yang memilih untuk berlari ke arah sebaliknya, serta merta menyelamatkan sesama. Mereka adalah “Relawan”, pahlawan kemanusiaan tanpa jaminan pundi-pundi balasan.

Secara pengertian, Relawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya (pikiran, tenaga, waktu, harta, dan yang lainnya) kepada masyarakat sebagai perwujudan tanggung jawab sosialnya tanpa mengharapkan pamrih baik berupa imbalan (upah), kedudukan, kekuasaan, ataupun kepentingan, maupun karier (Tobing, 2008). Sedangkan menurut (Nurhayati S. dalam Susi Dwi & Rahmasari Diana, 2020) mengatakan bahwa Individu yang secara sukarela dan spontan berusaha menolong para penyintas akibat bencana, disebut sebagai relawan bencana alam.

Terlepas dari banyaknya ancaman bencana ini, Indonesia juga memiliki banyak orang-orang baik yang tetap mengibarkan bendera kemanusiaan. Banyak relawan yang secara sukarela membantu sesama, entah mengedukasi, mengevakuasi, bahkan terjun mencari korban-korban pasca bencana alam. Dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan oleh Gallup, menyatakan bahwa dalam hal keterlibatan relawan, penggalangan donasi, bahkan membantu individu asing yang membutuhkan, masyarakat Indonesia menempati posisi pertama secara kedermawanan (Akhtar et al., dalam Susi Dwi & Rahmasari Diana, 2021).

Lantas, apakah menjadi relawan bencana alam itu mudah?, jawabannya adalah tidak. Diperlukan kesiapan fisik serta mental yang besar dalam hal ini, karena bencana membawa pengaruh terhadap keselamatan jiwa dan raga. Situasi dalam bencana tentu berbeda dengan situasi normal pada umumnya, banyak risiko yang membersamai kegiatan relawan. Mulai dari kekurangan pasokan logistik makanan, perasaan takut akan bencana susulan, bahkan tuntutan keberanian untuk mengevakuasi korban yang hidup maupun telah meninggal dunia. Apabila tidak dibekali dengan kesiapan mental yang memadai, maka besar kemungkinan untuk dihinggapi trauma. Namun karena panggilan hati atas kemanusiaan, para relawan bencana alam tetap berjuang meski nyawa dipertaruhkan. Semangat serta motivasi para relawan ini patut diapresiasi. Mereka layak mendapatkan sebutan “Pahlawan Kemanusiaan”, meski tidak berjuang dengan senapan api. Medan bencana alam adalah saksi keberanian tangan-tangan relawan kemanusiaan ini.

Provinsi Jawa Timur pernah dilanda bencana yang cukup besar yakni meletusnya Gunung Semeru di Lumajang pada Deseber 2021 silam. Sebagai organisasi yang memiliki prinsip kerelawanan dan kemanusiaan, PKBI Jawa Timur turut merespon bencana tersebut. PKBI Jawa Timur memiliki banyak relawan mulai dari usia remaja hingga lansia di seluruh daerah di provinsi Jawa Timur. Saat bencana terjadi, relawan kami siap turun ke lokasi pengungsian bencana untuk membantu para survivor. PKBI Jawa timur memberikan respon cepat dengan memberangkatkan relawan dan staf untuk melakukan asesmen kebutuhan pengungsi di lokasi pengungsian. Sebagai tindak lanjut, relawan kembali diterjunkan secara bergantian setiap 3-4 hari untuk membantu dalam aspek kesehatan fisik, kesehatan reproduksi dan kesehatan mental. Kami menyediakan layanan pemeriksaan umum, menyediakan kontrasepsi dan menjangkau Orang Dengan HIV yang terdampak dan menjadi korban agar tetap mengonsumsi obat ARV guna menjaga kualitas kesehatannya.

PKBI Daerah Jawa Timur turut memikirkan keberlanjutan pendampingan korban bencana Gunung Semeru dengan membentuk relawan remaja yang dinamakan Relawan Remaja SeBa (Semeru Bangkit), sebagai perpanjangan tangan untuk menciptakan kemandirian dalam menata kehidupan pasca bencana. Relawan Remaja SeBa dibekali dengan informasi seputar Kesehatan Seksual dan Reproduksi serta Kesehatan Mental untuk membantu diri sendiri, teman, dan keluarganya pulih. Dengan semangat kebersamaan dan dukungan yang saling menguatkan, kita berharap Relawan Remaja SeBa dapat menjadi sumber inspirasi dan harapan bagi masyarakat yang terdampak.

Sebagai langkah preventif, dalam respon bencana, PKBI Jawa Timur juga melibatkan relawan remaja di daerah dan cabang, sehingga PKBI Jawa Timur memberikan bekal yakni pelatihan Paket Pelayanan Awal Minimal (PPAM). PPAM merupakan program yang menyediakan layanan kesehatan seksual dan reproduksi (Kespro) secara komprehensif kepada masyarakat yang terkena dampak krisis. Tujuannya untuk mengurangi dampak bencana kemanusiaan. Diharapkan dengan pelatihan ini, dapat memberikan informasi dan layanan kespro pada korban bencana.

Sejatinya, relawan bukan hanya tentang bencana alam. Relawan juga mencakup segala bentuk kebaikan yang dicurahkan tanpa iming-iming imbalan atau kedudukan. Jasa para relawan adalah salah satu bukti cinta kasih diantara sesama, terutama dalam bingkai harmoni Sang Ibu Pertiwi.

Kontributor Penulis:

Adnin Ulimazeta (SeBAYA PKBI JATIM)

Kontak:
Hotline PKBI Daerah Jawa Timur
Nomor telepon: +62 823-2360-2830
Email : pkbijatim@pkbi.or.id
Alamat : PKBI Daerah Jawa Timur, Jl. Indragiri No. 24, Surabaya

Referensi

Diana, S. D. (2023). The Projection of Happiness in Volunteers of Natural Disasters . ejournal.unesa.ac.id, 144.
Tobing, U. R. (2008). Peran Relawan dalam Memberikan Pendampingan kepada Anak Penderita Kanker dan Keluarganya. Indonesian Journal of Cancer, 1, 35-39.
Utomo, M. H. (2016). Perilaku menolong relawan spontan bencana alam. Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 2(1), 48-59.

    Write a comment