Mengenal lebih dekat tentang burnout syndrome

Seiring berkembang pesatnya teknologi, informasi mengenai kesehatan menjadi lebih mudah untuk di dapatkan bagi masyarakat sekitar. Saat ini, masalah kesehatan mental menjadi salah satu sorotan publik, tidak jarang banyak istilah baru yang akrab didengar oleh masyarakat, salah satunya adalah “burnout syndrome“. Walaupun istilah ini telah akrab didengar oleh masyarakat, tidak jarang yang masih belum memahami apa itu burnout syndrome. Menurut Korczac et al (2012), burnout syndrome adalah suatu kondisi kelelahan baik fisik maupun mental yang diawali oleh kondisi stress berat akibat beban kerja yang tinggi secara menerus. Berdasarkan survey internasional yang dilakukan oleh Belay et al (2021), angka kejadian burnout di seluruh dunia berkisar dari 30-40% dan terjadi utamanya pada sector pekerjaan seperti kesehatan, pendidikan, hingga pelayanan publik.

Burnout syndrome atau kelelahan berat dapat terjadi akibat beberapa faktor seperti beban kerja yang tinggi, kelelahan secara emosional, kurangnya dukungan sosial dari orang sekitar, rasa ambisi yang berlebihan, hingga tuntutan diri sendiri untuk menjadi sempurnal atau sifat perfectsionisme (Silvar et al,2011). Terdapat tiga jenis tanda gejala utama terjadinya burnout syndrome atau kelelahan berat, yakni:

  1. Gejala fisik, antara lain rasa lemas dan kehilangan energy sepanjang hari, sakit kepala, nyeri otot atau badan terasa pegal, gangguan pencernaa, tidur tidak nyenyak hingga penurunan nafsu makan.
  2. Gejala emosional antara lain kehilangan motivasi, rasa frustasi dan stress, cenderung meragukan diri sendiri, hingga mengasingkan diri.
  3. Gejala perilaku antara lain penurunan produktivitas, melalaikan tugas, melupakan tanggung jawab, hingga mengalami konflik dengan orang sekitar atau menjadi mudah marah (Tomaschewski-Barlem et al,2013)

Apa Saja Dampak Burnout Syndrome?

Terdapat beberapa dampak dari burnout syndrome atau kelelahan berat seperti menyebabkan masalah kesehatan mental lain yakni depresi dan kecemasan. Kemudian dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, hipertensi, dan gangguan tidur, Kelelahan berat juga dapat mempengaruhi hubungan seseorang dengan keluarga, teman, dan rekan kerja.

Bagaimana Cara Mencegah dan Menangani Burnout Syndrome?

Menurut Inta (2021), terdapat beberapa tata cara pencegahan dan penanganan burnout syndrome atau kelelahan berat.

  1. Mengubah gaya hidup seperti memperbaiki pola makan dan memperhatikan kebutuhan gizi harian, memperbaiki jam tidur, hingga melakukan olahraga teratur.
  2. Membuat pengaturan manajemn waktu seperti menbuat daftar aktivitas serta mengurutkan skal prioritas.
  3. Membangun dukungan sosial melalui peningkatkan komunikasi dengan orang sekitar serta meminta bantuan bila perlu.
  4. Mengurangi ekspektasi atau harapan tinggi terhadap hasil dari proses, serta menjadi lebih realistis terhadap kemampuan diri sendiri.
  5. Melakukan manajemen pengelolaan stress dengan meditasi hingga meminta bantuan professional bila diperlukan.

Segera Cari Bantuan Profesional!

Bantuan professional dapat didapatkan melalui konseling dengan psikolog maupun dokter spesialis kejiwaan. Salah satu tempat yang dapat memberikan bantuan professional adalah Klinik umum PKBI Jawa Timur. Pada Klinik umum PKBI Jawa Timur dapat memberikan konseling yang psikologi yang professional dan terpercaya. Klinik umum PKBI Jawa Timur menawarkan jam layanan yang fleksibel, yakni dari Senin hingga Jumat antara pukul 08.30 hingga 15.30 WIB, dan pada hari Sabtu dari pukul 08.30 hingga 11.30 WIB. Selain itu, PKBI Jawa Timur juga menyediakan layanan konseling psikolog dengan biaya yang terjangkau dalam lingkungan yang aman dan nyaman. Untuk jadwal konseling dengan psikolog, segera hubungi melalui WhatsApp Hotline PKBI JATIM di 0823-2360-2830!

#PKBIJATIM #kesehatanmental #burnoutsyndrome #konseling

Kontibutor Penulis:

Nur Ilmya Nugraha Ningrum Irfandi Putri (Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga)

Kontak:
Hotline PKBI Daerah Jawa Timur
Nomor telepon: +62 823-2360-2830
Email : pkbijatim@pkbi.or.id
Alamat : PKBI Daerah Jawa Timur, Jl. Indragiri No. 24, Surabaya

Sumber:

  • Korczak, D., Wastian, M. and Schneider, M., 2012. Therapy of the burnout syndrome. GMS health technology assessment8.
  • Belay AS, Guangul MM, Asmare WN, Bogale SK, Manaye GA. Prevalence and Associated Factors of Burnout syndrome among Nurses in Public Hospitals, Southwest Ethiopia. Ethiop J Health Sci. 2021 May;31(3):543-552. doi: 10.4314/ejhs.v31i3.11. PMID: 34483611; PMCID: PMC8365496.
  • Slivar, B., 2011. The syndrome of burnout, self-image, and anxiety with grammar school students. Horizons of Psychology10(2), pp.21-32.
  • Tomaschewski-Barlem, J.G., Lunardi, V.L., Ramos, A.M., Silveira, R.S.D., Barlem, E.L.D. and Ernandes, C.M., 2013. Signs and symptoms of the burnout syndrome among undergraduate nursing students. Texto & Contexto-Enfermagem22, pp.754-762.
  • Ință, R.F., 2021. A literature review about burnout syndrome and how it can be prevented. Acta Medica Transilvanica26(4), pp.11-13.
    Write a comment